header adsense

Rabu, 06 April 2011

Biografi II

Sembahyang Rerumputan adalah sebuah puisi yang menggambarkan kepasrahan umat manusia terhadap Tuhan sehingga terkesan bernuansa religius ini, hampir tidak pernah luput dari jangkauan peserta atau panita pada setiap kesempatan lomba baca puisi atau lomba musikalisasi puisi. Sejak duduk di bangku sekolah dasar hingga mengenyam pendidikan di Fakultas Sastra Universitas Negeri Jogyakarta, Ahmadun gemar menulis. Karya-karyanya telah dipublikasikan di berbagai media sastra dan antologi karya sastra yang terbit di dalam dan luar negeri, antara lain, Horison, Ulumul Qu’ran, Kompas, Media Indonesia, Republika, Bahana (brunei), Paradoks, Kilas Balik (kumpulan cerpen, Radio Nederland, 1989), Pagelaran (kumpulan cerepen, Bentang, 1993), Lukisan Matahari (antologi cerpen, Bernas, 1993), Secreets Need Words (antologi puisi dunia, Heather Leah Huddleston, ed. The International Library of Poetry, Maryland, USA, 2002), jurnal Indonesia and The Malay World (London, Inggris, November, 1998), The Poets’ Chant (The Literary Section, Committee of The Istiqlal Festival II, Suara Jerman (Deutse Welle) . Di tengah kesibukan sebagai wartawan dan penulis, Ahmadun pada tahun 1997 menjadi pembicara dalam Pertemuan Sastrawan Nusantara (PSN) IX di Padang dan tahun 1999 mengikuti PSN X di Johor, Malaysia. Buku-bukunya yang telah terbit adalah Sang Matahari (puisi, Nusa Indah, Ende, 1984), Sajak Penari (Puisi, Masyarakat Poetika Indonesia, Yogjakarta, 1991), Fragmen-Fragmen Kekalahan (Puisi, Penerbit Angkasa, Bandung, 1996), Sembahyang Rerumputan (Puisi, Yayasan Bentang Budaya, Yogjakarta, 1996), Sebelum Tertawa Dilarang (Cerpen, Balai Pustaka, Jakarta, 2004), Ciuman Pertama Untuk Tuhan (Puisi dwi-bahasa, Logung Pustaka, Yogjakarta, 2004), Badai Laut Biru (Cerpen, Senayan Abadi Publising, Jakarta 2004), Sebutir Kepala Seekor Kucing (puisi dwi-bahasa, cerpen, Bening Publising, Jakarta, 2004) dan The Worshipping Grass (Puisi dwi-bahasa, Bening Publising, Jakarta, 2004) Selain menulis puisi, cerpen, dan esai, Ahmadun Yosi Herfanda hingga kini menjalani profesi sebagai wartawan. Alumnus Sastra Indonesia Universitas Negeri Yogyakarta ini juga akif di berbagai organisasi, antara lain, di HMI dan ICMI.

sumber: Ahmadun Yosi Herfanda http://id.shvoong.com/social-sciences/1686929-ahmadun-yosi-herfanda/#ixzz1IjwPizx8